Pages

Minggu, 16 Januari 2011

AKU DIKHIANATI!

Bagi para guys yang pernah merasakan dikhianati berarti pernah juga merasakan bagaimana rasanya sakit. Bagaimana tidak? Ketika kita udah yakin, udah percaya sama seseorang tapi ternyata orang tersebut membelot ato dalam bahasa mellow-nya menusuk kita dari belakang. Ouch..!!! Sakiiit… Banget…

Itu pula yang aku alami ketika aku dikhianati. Rasanya remuk redam, dunia serasa runtuh kaya’ duren (kan kata orang-orang yang biasanya runtuh emang duren, hehe..). Hal ini kualami beberapa minggu yang lalu yang berlokasi di rumahku sendiri. Bisa ditebaklah siapa gerangan yang tega mengkhianatiku? Itu sudah sangat jelas dan mudah diterka karena aku sudah menyebutkan TKP (Tempat Kejadian Perkara), yaitu di rumah aku sendiri. Yap! Tentu aja keberadaan ‘dia’ dekat denganku. Itu udah ostosmastis!

‘Dia’ yang sering bersamaku ketika kadang aku melamun di deket tanaman ephorbhia milli, ‘dia’ yang sering menghiburku dengan belaian lembutnya saat aku sedang sedih, ‘dia’ yang sering menggodaku dan tak jarang aku pun juga menggodanya, ‘dia’ yang tidak pernah marah saat emosiku meluap-luap, dan ‘dia’.. ah, ‘dia’.. Aku selalu rindu ketika ‘dia’ memanggil namaku dengan manja.. “Ngeooong…” meskipun secara artikulasi tidak jelas namaku yang dipanggil, tapi aku tahu dengan jelas, akulah yang dipanggil, akulah yang dibutuhkan untuk memberinya sesuap makan.

Kupanggil dia si Lutu. Kucing cewek berbulu wagu. Bulunya emang berwarna item butem, tapi di ujung empat kakinya berwarna putih, pun juga bagian moncong idung, mulut, leher sampai perutnya. Nama Lutu kepanjangan dari Luna Pake’ Sepatu. Biasanya kalo’ aku nemu kucing item butem sering kuberi nama Luna (bukan Luna Maya lowh..), kaya’ nama kucingnya Sailormoon gitchu.. Tapi karena bulunya juga bercorak putih kaya’ pake’ sepatu, aku punya ide brilian ngasih nama Lutu, alias Luna Pake’ Sepatu. So sweet kan? Kaya’ yang ngasih nama gitchu lowh..hehe..

Aku ingat benar kejadian saat itu. Sore hari yang cerah, awan bergerombol kaya’ permen kapas menari-nari mengiringi langkahnya yang lincah. Aku baru aja selesai makan ‘sire’ (siang-sore). Kebetulan saat itu aku makan ikan goreng yang lezatnya selangit (coz buatan guah sendiri, hoho..). Nah, sudah menjadi kebiasaan ketika selesai makan aku akan membuang duri dan kepala ikan di lorong batas antara rumahku dan tetangga sebelah. Di situlah Lutu dengan setia menanti. Tak jarang dia bakal ngeong-ngeong sampe’ memekakkan telinga, “Ngeoooong…!!! auwng…auwng… ngeouuuwnggg..!!!” Kurang lebih artinya gini: “Heh, similikiti!!! Cepetan bawa ke sini kepala dan tulang ikan yang mamamia lezatos itu..!!! Cepetan dudul! Guah udah laper!!!” (Ini menurut analisa guah, pendiri akademi kucing jadi-jadian yang selama ini hanya menjadi sebuah impian).

Aku yang memiliki jiwa sosial tinggi langsung menuju ke arahnya meskipun nggak diminta. Segera kuberikan tulang dan kepala ikan yang kata Lutu mamamia lezatos itu. Kupandangi bagaimana lahapnya dia menyantap tulang itu. Kletuk-kletuk.. Kraukk..krauuk.. Sepertinya dia sangat menikmatinya. Saat mulutnya mencomot kepala ikan, eh, tahu-tahu kepala ikan itu jatuh. Spontan aku yang jiwa sosialnya ketinggian, mengambilkan kepala ikan itu biar nggak jatuh ke bawah (catatan: lokasi lorong itu di lantai dua, jadi kalo’ ada sesuatu yang jatuh dari situ langsung nyungsep di antara dua tembok sempit yang berhimpitan, jadi nggak mungkin banget buat diambil lagi). Pas aku mau ngasih ke dia, eh, tanganku dicakar sama kukunya. Ouch..!!! Kutarik tanganku secepat kilat, untung nggak berdarah, cuma kulitnya ajah yang rada luka.

Sebenarnya bukan masalah yang besar tanganku terluka. Tapi hatiku juga terluka. Jlepp!! Lutu telah menusuknya dengan kekejaman dan kekejian tingkat tinggi. Padahal selama ini aku yang menafkahi dia (emang dia istriku?? Aku cewek normal kale.. aku pengennya bersuami, bukan beristri, hehe), aku yang peduli sama dia. Tapi apa balasan dia? Selama ini memang dia jarang menunjukkan tanda-tanda kejahatan, aku kira dia kucing baik. Ternyata aku salah menilainya.. Aku dikhianati.. Aku sakit hati.. hiks..hiks.. T_T (play-on backsound Tipe-X: Sakit hati..aku sakit hati.. semua ini terjadi berkali-kali..). 

Sejak saat itu aku malas bicara dengannya. Aku bersikap cuek kucing (bukan cuek bebek, karena yang dicuekin memang binatang kucing) ke dia. Urusanku boleh aja jadi urusanmu, tapi urusanmu, ya urus ajah sendiri! Emang guah pikirin..weekk.. Aku yang masih sakit hati selama beberapa hari nggak ngasih makan dia, bahkan kalo’ dia datang sering kuusir. “Sana pergi, kamu dihukum nge-kos, nggak boleh pulang ke rumah. Kali ini nggak aku kasih uang saku, jadi cari kos yang murah aja ya. Udah, pergi sana, renungi kesalahanmu. Hush..hush..”

Sebenarnya agak menyesal juga sih habis marah-marah ke dia. Bagaimanapun aku pernah menyayanginya dengan baik. Tapi, biain deh, ini buat pelajaran dia biar nggak mengulangi kesalahan yang sama. Orang aku berniat baik mengambilkan kepala ikan biar nggak jatoh, malah dikasih cakaran. Hufft.. Air susu dibalas air tuba. Sampai sekarang mungkin dia masih betah kos, beberapa hari ini dia nggak nongol-nongol. Suatu malam, aku mendengar dia bersenandung “Ngeoong.. auwngg.. ngeouwwng.. ngeooongg.. auwng..auwng..” yang kurang lebih artinya gini: “Maafkanlah bila ku selalu membuatmu marah dan benci padaku.. kulakukan itu semua.. hanya untuk buatmu bahagia..” Aha! Aku baru ingat lagu itu. Ternyata dia nyanyiin lagunya Tangga buat aku. Tapi karena aku masih menyimpan sakit hati, jadi aku balas aja dengan nyanyi juga, pake’ lagunya Rio Febrian “Maaf ku jenuh padamu, lama sudah kupendam tertahan di bibrku, mau ku tak menyakiti, meski begitu indah, ku masih tetap saja, jenuh..” Hahaha. Puas banget aku habis nyanyi itu.

Lutu similikiti

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © see my interesting:). Template created by Volverene from Templates Block
lasik surgery new york and cpa website solutions
WP theme by WP Themes Expert
This template is brought to you by : allblogtools.com | Blogger Templates